Tuesday, 27 March 2012

Bepergian (Rihlah) Dalam Pandangan Islam

Setiap manusia tentunya pernah merasakan kejenuhan atas kesibukan dan kerutinan sehari-hari yang dihadapi. Seorang ibu yang setiap hari mengurus rumah tangga Seorang bapak yang setiap hari sibuk mencari nafkah Seorang anak dan sebagainya. Dalam aktivitas sehari-hari ada satu kondisi dimana manusia merasa jenuh dan ingin “bebas” dari kerutinan dan ini fitrah manusia. Sehingga Rihlah adalah HAJATUN BASYARIAH (kebutuhan) karena sebagai manusia kita membutuhkan refreshment baik terhadap jiwa maupun tubuh, refreshment inilah yang disebut rihlah atau rekreasi.

Kalau boleh jujur Rihlah juga cara yang efektif untuk menghemat biaya pengobatan, dan jangan pelit untuk rihlah karena biaya yang kita keluarkan untuk rihlah adalah salah satu investasi jangka panjang untuk memelihara kesehatan sambil melihat kebesaran Allah sehingga bertambahlah keimanan kita. Jadi selain sehat, rihlah berpotensi mendapatkan pahala , bahkan di sebuah lembaga penelitian kesehatan di California, di Amerika Serikat, tingkat biaya pengobatan bisa dikurangi sampai 20 % melalui program rekreasi dan fitness.
Menurut Dr Abdul Hakam Ash-Sha’idi dalam bukunya berjudul Ar-Rihlatu fi Islami, Islam membagi bepergian atau perjalanan dalam lima kelompok:
* Bepergian untuk mencari keselamatan seperti hijrah yaitu keluar dari negara yang penuh bid’ah atau dominasi haram.
* Bepergian untuk tujuan keagamaan seperti menuntut ilmu, menunaikan ibadah haji, jihad di jalan Allah, berziarah ke tempat-tempat mulia, mengunjungi kerabat atau saudara karena Allah, dan bepergian untuk mengambil ibrah atau menegakkan kebenaran dan keadilan.
* Bepergian untuk kemaslahatan duniawi seperti mencari kebutuhan hidup, mencari nafkah.

* Bepergian karena urusan kemasyarakatan seperti menengahi pertikaian, menyampaikan dakwah, bermusyawarah.
* Bepergian untuk kepentingan turisme atau kesenangan semata.
Tujuan Rihlah
Di dunia, dalam kehidupan manusia, Islam selalu menyerukan agar manusia dalam bepergian dan bergerak menghasilkan kebaikan dunia dan akhirat. Dari maksud tersebut, manusia akan mendapatkan nilai plus pada rihlah. Jadi bukan hanya kesenangan saja yang didapat dari rihlah itu tetapi pahala atau ganjaran dari Allah SWT juga akan diraih. Urusan seorang muslim bergerak dan berpindah-pindah untuk mendapatkan rezeki, menuntut ilmu, melaksanakan haji atau umrah, menjenguk kawan, menjenguk orang sakit dan sebagainya. Semua kegiatan tersebut bernilai ibadah jika tujuan berpergian dalam rangka mencari ridho Allah semata.
Kisah Rihlah di dalam Al Qur`an
Aneka macam rihlah, seperti dikisahkan dalam Al Quran, telah banyak dicontohkan oleh para nabi, rasul dan tokoh-tokoh utama peradaban. Antara seperti:
a. Rihlah Nuh As, Ibrahim As dan Musa As untuk menyelamatkan diri dan ummatnya dari azab atau orang-orang zalim.
“Dan Kami selamatkan Ibrahim dan Luth ke sebuah negeri (Syam) yang Kami telah memberkatinya untuk sekalian manusia.” (QS. 21:71)
“Dan difirmankan: “Hai bumi telanlah airmu, dan hai langit berhentilah.” dan airpun disurutkan, perintahpun diselesaikan dan bahtera itupun berlabuh di atas bukit Judi (Armania) dan dikatakan:”Binasalah orang-orang yang zalim.” (QS. 11:44).

“Dan Kami wahyukan kepada Musa: “Pergilah di malam hari dengan membawa hamba-hambaku (Bani Israil), karena sesungguhnya kamu sekalian akan disuruli.” (QS. 32:52).
b. Musa As dan Khidir As juga bepergian untuk mencari ilmu pengetahuan dan pemuliaan.
“Maka berjalanlah keduanya, hingga tatkala keduanya menaiki perahu lalu Khidir melobanginya. Musa berkata: “Mengapa kamu melobangi perahu itu yang akibatnya kamu menenggelamlkan penumpangnya? “Sesungguhnya kamu telah berbuat sesuatu kesalahan yang besar.” (QS.18:71).

c. Sedang rihlah untuk tamasya dicontohkan Zulqarnain dalam rangka tafakur alam.
“Mereka akan bertanya kepadamu tentang Zulqarnain. Katakanlah,” Aku akan bacakan kepadamu cerita tentangnya. Sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepadanya di (muka) Bumi, dan Kami telah memberikan kepadanya jalan (untuk mencapai segala sesuatu), maka diapun menempuh suatu jalan. Hingga apabila dia telah sampai ke tempat terbenam matahari, dia melihat matahari terbenam di dalam laut yang berlumpur hitam, dan dia mendapati di situ segolongan uma.
Kami berkata ” Hai zulqarnain, kamu boleh menyiksa atau boleh berbuat kebaikan terhadap mereka. Berkata Zulqarnain: “Adapun orang yang aniaya, maka kami akan mengazabnya, kemudian dia dikembalikan kepada Tuhan mengazabnya dengan azab yang amat sangat. Adapun orang-orang yang beriman dan beramal sholeh, maka baginya pahala yang terbaik sebagai balasan, dan akan kammi titahkan kepadanya (perintah) yang mudah bagi perintah-perintah kami”.
Kemudian Dia menempuh jalan (yang lain). Hingga apabila telah sampai ke tempat terbit matahari (sebelah timur) dia mendapatkan matahari itu menyinari segolongan umat yang Kami tidak menjadikan bagi mereka sesuatu yang dapat melindunginya dari (teriknya) matahari itu. Kemudian dia menempuh suatu jalan (yang lain lagi). Hingga apabila dia telah sampai diantara dua bukit, dia mendapati di hadapan kedua bukit itu suatu kaum yang hampir tidak mengerti pembicaraan. Mereka berkata: “Hai Zulqarnain, sesungguhnya Ya`juj dan Ma`juj itu orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi. maka dapatkah kami memberikan upeti kepadamu supaya kamu membuat dinding antara kami dan mereka. Berilah aku potongan-potongan besi hingga apabila besi itu telah sama rata dengan kedua (puncak) gunung itu, berkatalah zulqarnain: “Tiuplah (api itu)” hingga apabila besi sudah menjadi (merah seperti) api,diapun berkata: “berilah aku tembaga ( yang mendidih agar kutuangkan ke atas besi panas itu”. Maka mereka tidak bisa mendakinya dan mereka tidak bisa (pula) melobanginya. Zurqarnain berkata:”(Dinding) ini adalah rahmat dari tuhanku, maka apabila sudah datang janji Tuhanku, Dia akan menjadikannya hancur luluh; dan janji Tuhanku itu adalah benar”. (QS. 18:98).
Perjalanan para nabi dan kaum shalihin, adalah salah satu rekreasi diniyah yang mengandung banyak ibrah, pelajaran dan hikmah yang mendorong orang untuk terus mencapai dan mengejar kebaikan. Mereka adalah pembawa risalah di mana pun mereka berada dan seluruh risalah mereka itu pun dilakukan semata dengan izin Allah SWT, serta hanya bersandar kepada-Nya.
Etika Rihlah
Islam membekali para penganutnya dengan berbagai etika rihlah. Antara lain bepergian atau perjalanan hendaknya dilakukan dengan:
1. niat baik mencari keridhaan Allah SWT.

2. ikhlas karena Allah,

3. berakhlak mulia,

4. berhati-hati dan cermat,

5. tidak dicampuri dengan kemaksiatan

6. selalu minta pertolongan kepada Allah SWT.

7. sesudah bepergian juga setiap muslim disunnahkan untuk shalat sunnah dua rakaat.

Dari Ka`Ab bin Malik r.a. berkata: Biasa Nabi SAW jika tiba dari bepergian mendahulukan masuk ke masjid dan sholat dua raka`at di dalamnya.” (HR Bukhary, Muslim).
8. sunnah mencari rombongan dan mengangkat seseorang sebagai pemimpin rombongan.

Dari Abu Said dan Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah SAW bersabda: Jika keluar dalam bepergian harus mengangkat salah seorang sebagai pemimpin rombongan.” (HR Abu Dawud).

Lalu, agar rihlah berjalan sesuai niat dan membuahkan hasil yang efektif, maka diperlukan persiapan biaya, medis serta pengetahuan daerah yang akan dituju.

Hikmah

Hikmah rihlah bukan hanya menambah ikatan cinta antar anggota masyarakat karena saling kunjung mengunjungi tapi juga memperdalam ketaatan kepada Allah.

“Maka tidakkah mereka mengadakan perjalanan di muka bumi sehingga dapat memperhatikan bagaimana kesudahan orang-orang yang sebelum mereka ; Allah telah menimpakan kebinasaan atas mereka dan orang-orang kafir akan menerima (akibat-akibat) seperti itu.” (QS. 47:10).
Rihlah Ternyata Bukan Sekedar Melepas Lelah

Setiap orang, setiap rumah tangga, setiap keluarga pasti pernah merasakan kejenuhan atas kesibukan dan kerutinan sehari-hari yang dihadapinya. Seorang ibu rumah tangga yang saban hari bergelut dengan kesibukan rumah dan mengurus anak-anaknya. Seorang bapak yang setiap hari bergelut dengan pekerjaan menafkahi anak istrinya. Seorang anak sekolah yang bergelut dengan kesibukan belajarnya, dan sebagainya. Pasti pernah mengalami saat-saat jenuh dan ingin “bebas” dari kerutinan. Pada saat-saat inilah dibutuhkan refreshment baik terhadap jiwa maupun tubuh, refreshment inilah yang disebut rihlah atau rekreasi. Rihlah adalah salah satu cara yang efektif untuk menghemat biaya pengobatan, dan biaya yang dikeluarkan untuk rihlah adalah salah satu investasi yang baik untuk memelihara kesehatan kita. Menurut sebuah data dari lemabaga penelitian kesehatan di California, di Amerika Serikat, tingkat biaya pengobatan bisa dikurangi sampai 20 % melalui program rekreasi dan fitness.

Beberapa keuntungan rihlah

1. Kesehatan jasmani Rihlah bagi seorang muslim bukanlah berorientasi berhura-hura untuk menyenangkan hati belaka. Tetapi rihlah adalah salah satu kiat kita dalam menjaga kesehatan, dan memelihara jasmani agar bisa menjadi seorang muslim yang kuat. Setelah badan kita segar, maka diharapkan kita dapat melanjutkan pekerjaan kita dengan kondisi yang lebih baik, sehingga pekerjaan menjadi lebih efektif dan ihsan.
Di saat-saat Rihlah, kita bisa terbebas dari pekerjaan keseharian yang mungkin menimbulkan stres pada tubuh yang berakibat pada ketidak seimbangan hormon dalam tubuh dan berakibat lebih jauh pada melemahnya ketahanan tubuh. Maka dengan rihlah diharapkan kita bisa relaks, dan mengendurkan ketegangan-ketegangan atau stress yang ada, sehingga keseimbangan hormon bisa kembali normal.
Pada saat-saat rihlah, anak-anak bisa bebas bermain dan bergerak yang sangat baik untuk pertumbuhan otot dan tulang-tulang anak.
2. Keuntungan ekonomi Rihlah memang tak selalu harus mengeluarkan biaya untuk ke tempat-tempat pariwisita yang mahal harganya. Akan tetapi untuk mendapatkan suasana baru, acap kali kita dituntut untuk mengeluarkan sedikit uang ke tempat rekreasi misalnya. Dengan pergi ke tempat-tempat rekreasi, tak dapat dipungkiri kita akan mendistribusikan rizki kepada orang-orang yang mencari rizki di sekitar tempat pariwisata. Dan biaya rihlah dapat dipikirkan sebagai biaya preventif dari pengobatan penyakit, yang di masa sekarang makin melambung biayanya. Maka keuntungan secara ekonomi ini, tak hanya dimiliki oleh kita semata tapi pula oleh orang-orang lainnya.
3. Keuntungan terhadap lingkungan dan hubungan antar pribadi
Lewat rihlah pula komunikasi suami istri yang macet karena kesibukan istri mengurus rumah tangga dan anak-anak, dan suami yang sibuk dengan bekerja di luar rumah, dapat terobati. Tak jarang pula lewat rihlah konflik antara orang tua dan anak yang menjelang remaja karena komunikasi yang macet terobati. Suasana berbeda yang dihadirkan saat rihlah, membuat kita bisa bebas mengemukakan perasaan dan ganjalan-ganjalan yang mungkin tak sempat kita komunikasikan kepada suami/istri kita di saat-saat biasa. Mungkin karena kesibukan ataupun kelelahan masing-masing pihak. Segala sumbatan komunikasi antar pihak dapat mencair melalui suasana santai yang dihadirkan saat rihlah.
Rihlah bersama rekan sejawat dan saudara kita sesama muslim pula akan meningkatkan hubungan silaturahmi antar keduanya. Apalagi jika dalam rihlah kita bisa saling bantu membantu untuk mempersiapkan keperluan rihlah, memasak bersama dan sebagainya, tentu akan lebih meningkatkan rasa kerja sama dan ukhuwah di antara kita. 4. Keuntungan psikologi(ruhiah)

Keuntungan psikologi atau ruhiah erat kaitannya dengan kesehatan tubuh. Dalam rihlah kita mengendurkan urat saraf dan mengembalikan keseimbangan hormon, yang erat kaitaannya dengan kondisi psikologis seseorang. Apalagi jika dalam rihlah, kita bisa sekalian bertafakur mengagumi kebesaran Allah Dan kita temui banyak hal dan pengalaman baru yang menjadikan hati kita kaya dan bisa berbelas kasih pada orang-orang yang kekurangan, setelah kita disibukkan oleh berbagai kesibukan yang kadang mematikan hati kita sehari-hari.*- Taufiq-

sumber :

No comments:

Post a Comment