Diantara tema-tema yang diangkat dalam Al Quran, diataranya adalah tentang Ar Ruh. Kajian tentang Ar Ruh kali ini akan dibagi dalam 2 kajian, yaitu :
- Makna/Maksud kata Ar Ruh dalam Al Quran. Karena setelah di pelajari dan di renungi, kemudian membuka referensi tentang kata dalam Al Quran, ternyata kata Ar Ruh mempunyai makna yang banyak (tidak hanya satu arti). Dengan demikian, maka diharapkan nantinya kita tidak salah dalam memahami kata Ar Ruh.
- Beberapa pemahaman/persepsi tentang Ar Ruh dalam Al Quran dan Hadist.
* Makna/Maksud kata Ar Ruh dalam Al Quran
Diantaranya makna kata Ar Ruh adalah :
- Nafas. Seseorang yang masih bernafas dan bergerak maka orang tersebut masih ada ruh-nya. Kata nafas dan ruh dalam bahasa indonesia diterjemahkan sebagai nyawa, yang artinya bahwa seseorang masih hidup kalau orang tersebut ada nyawanya. Dan kita tidak mengetahui seperti apa wujud/bentuk dari nyawa tersebut.
- Jibril. Seperti halnya dalam surat Al-Qadr 1-5, yang artinya“Sesungguhnya kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam kemuliaan. Tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.” Didalam ayat ke-4 yang berbunyi “Tanajjalul malaaaikatu warruuhu fiihaa” dimana kata “warruuhu” diterjemahkan sebagai Jibril. Bukankah Jibril adalah malaikat namun kenapa dalam ayat tersebut Jibril disebutkan secara khusus. Dalam ilmu tafsir diterangkan bahwa menyebut yang khusus setelah yang umum, menunjukkan bahwa yang khusus tadi mempunyai keistimewaan yang harus diperhatikan. Sehingga jibril yang berada di tengah-tengah malaikat adalah yang terdepan, Jibril sebagai pemimpin para malaikat. Didalam surat lain, yaitu surat ke 26 Ash-Shu’ara ayat 192-195 yang artinya “Dan sesungguhnya Al Qur’an ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam, dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril), ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan, dengan bahasa Arab yang jelas.” Dimana dalam surat tersebut dijelaskan bahwa Malaikat Jibril sebagai pembawa wahyu Allah swt (Al Quran) disebutkan dengan kata Ar Ruh Al Amin.
- Nabi Isa as. Seperti dalam firman Allah swt yang berbunyi “Wa rohun minhu” yang artinya “Dan ruh darinya (maksud-nya Isa as)”. Lalu yang menjadi pertanyaan, kenapa nabi Isa as disebut Ruh? Diantara mukjizat Nabi Isa as selain menyembuhkan orang sakit yaitu Nabi Isa as mempunyai mukjizat mampu menghidupkan orang yang sudah mati, yang tentunya atas ijin Allah swt. Maka Nabi Isa as disebut Ruh, karena seolah-olah Nabi Isa bisa menghadirkan kembali ruh orang yang sudah meninggal. Pada dasarnya, jika seseorang meninggal dunia maka ruh orang tersebut pergi dari jasad-nya. Seperti halnya jika seseorang tidur, maka dalam keadaan tidur itu ruhnya sedang pergi dari jasadnya. Dan ketika bangun, ruhnya telah kembali ke jasadnya.
- Al Quran. Seperti halnya dalam surat Asy-Syuura (42) ayat 52“wakadzaalika awhaynaa ilayka ruuhan min amrinaa …” yang artinya secara lengkap 1 ayat “Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al-Qur’an) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al-Qur’an) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al-Qur’an itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.” Kenapa Al Quran disebut sebagai Ruh? Karena Al Quran adalah pedoman kehidupan yang hakiki untuk umat manusia, terutama di akhirat nanti. Sehingga seseorang yang hidup bersama Al Quran, membaca, mendengar, merenungi, memahami, manghafalkan dan mendakwakan Al Quran maka orang tersebut akan mendapatkan kehidupan yang hakiki. Seperti halnya dalam surat Al Ankabut ayat 64 yang artinya “Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui.”
* Beberapa pemahaman/persepsi tentang Ar Ruh dalam Al Quran dan Hadist.
Dalam bab pemahaman tentang Ruh ini, hanya akan dikhususkan membahas ruh dalam pengertian-nya sebagai nafas. Karena sebenarnya tubuh kita terdiri dari jasad dan ruh. Sedangkan pengertian ruh yang lain (seperti halnya jibril, isa as dan al quran) cukuplah sebagai pelengkap dalam mengartikan makna kata ruh, sehingga tidak akan diulang pada bab ini.
Pemahaman tentang Ruh diataranya adalah :
1. Ruh adalah urusan Allah (rahasia Allah swt). Sehingga dengan demikian maka kita tidak tahu ruh itu seperti apa. Maka yang tahu tentang hakikat Ruh adalah Allah swt[1]
2. Ruh membutuhkan “makanan”. Manusia terdiri dari jasad dan ruh. Namun kenyataan-nya manusia lebih memperhatikan kebutuhan jasad-nya daripada kebutuhan ruh-nya. Misal seseorang sakit gigi, maka diperiksakan-nyalah giginya ke dokter. Sedang lapar, maka bergegas segera makan. Begitu cepatnya kebutuhan jasad-itu ditunaikan, namun jika kebutuhan ruhiyah-nya banyak orang yang lamban. Orang yang ruhiyah-nya kotor, tidak berinteraksi dengan Al Quran, tidak sholat, tidak ber-dzikir ibarat baju yang awal-nya putih menjadi kusam, kumal karena tidak pernah ‘dicuci’ beberapa waktu lamanya. Maka jangan heran jika ada orang yang tega membunuh sekian banyak orang, berzina untuk memuaskan nafsu setan-nya hal itu karena ruhiyah-nya kotor, kebutuhan ruh-nya tidak diberi ‘makanan/vitamin’. Jika jasad kita tidak diberi makan, yang kemudian terjadi adalah kelaparan dan ujung-ujung-nya orang tersebut meninggal (tidak membahayakan orang lain). Namun jika ruh-nya yang kotor/kering karena tidak diberi ‘makanan/vitamin’ maka akan berakibat merusak dirinya maupun orang lain. Oleh karena itu kebutuhan terhadap ruh kita sama dengan kebutuhan jasad kita (seimbang antara kebutuhan jasad maupun ruhiyah).
Dalam sebuah Kisah Ashabul Kahfi, terdapat sabda nabi :
“Al Arwahu Junudun Mujannadah Fama Ta’arofa Minha, Talafa Wama Tanakaro Minhakhtalafa…”
(Sesungguhnya) ruh-ruh itu seperti pasukan yang berbaris (ketika di alam arwah)…jika dahulu mereka saling mengenal (di alam arwah) maka mereka akan berkasih sayang(di dunia), dan jika dahulu mereka saling bermusuhan, maka mereka akan saling berselisih (di dunia).
Ruh yang baik akan dipertemukan dengan ruh yang baik, bersatulah mereka dijalan Allah swt, bersatu di jalan dakwah. Sedangkan ruh yang buruk akan sering berbeda/berantem. Dengan hadist ini kita diberikan kemudahan memahami isra’ nabi Muhammad saw. Ketika berada di masjidil Aqsa, nabi mengimami shalat jama’ah para nabi sedangkan makmumnya adalah pada nabi. Bukankah para nabi sudah meninggal, namun sebenarnya ruh para nabi tersebut masih ada dan melakukan sholat bersama Nabi Muhammad saw.[2]
3. Ruhnya orang yang sahid, akan berkeliling/beterbangan di surga.[3] Mereka menikmati indahnya surga sebelum semua orang kembali ke akhirat. Hal ini menggambarkan luar biasanya orang yang mati sahid. Bahkan dalam sebuah hadist diceritakan bahwa ketika seseorang meninggal dalam medan jihad, maka diampuni semua dosanya kecuali hutang.
http://kajiankantor.com/files/Kajian_Kamis/20101007_Ust_DR_Ahzami_Samiun_Jazuli(Al%20Quran%20Berbicara%20tentang%20Ruh).mp3
http://kajiankantor.com/?p=540
Catatan Kaki :
- Al-Quran mengingatkan kita akan firman-Nya: Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah, Ruh adalah urusan Tuhan-Ku, kamu tidak diberi ilmu kecuali sedikit. -QS Al Isra’ 17: 85- «↩»
- Beliau SAW mengimami shalat jama’ah para nabi di Masjid Al-Aqsha. Dari Abu Hurairah, ia telah berkata: Telah bersabda Rasulullah SAW :“….. Dan sungguh telah diperlihatkan kepadaku jama’ah para nabi. Adapun Musa, dia sedang berdiri shalat. Dia lelaki tinggi kekar seakan-akan dia termasuk suku Sanu’ah. Dan ada pula ‘Isa bin Maryam alaihi`ssalam sedang berdiri shalat. Manusia yang paling mirip dengannya adalah ‘Urwah bin Mas’ud ats-Tsaqafi. Ada pula Ibrahim ‘alaihi`ssalam sedang berdiri shalat. Orang yang paling mirip dengannya adalah sahabat kalian ini, yakni beliau sendiri. Kemudian diserukanlah shalat. Lantas aku mengimami mereka. Seusai shalat, ada yang berkata -Jibril-: “Wahai Muhammad, ini adalah Malik, penjaga neraka. Berilah salam kepadanya!” Akupun menoleh kepadanya, namun dia mendahuluiku memberi salam. -HR Muslim 172-. Beliau SAW melihat Nabi Musa, Nabi Isa, Dajjal, dan Malaikat Malik. Dari Anas bin Malik, bahwasanya Rasulullah SAW telah bersabda:“Pada malam aku diisra’kan aku melewati Musa di gundukan tanah merah ketika dia sedang shalat di dalam kuburnya.” -HR Muslim 2375- «↩»
- ”Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup disisi Tuhannya dengan mendapat rezki. Mereka dalam Keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka, bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. Mereka bergirang hati dengan nikmat dan karunia yang yang besar dari Allah, dan bahwa Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang beriman.” QS. Al Imron : 169 – 171 «↩»
http://kajiankantor.com/files/Kajian_Kamis/20101007_Ust_DR_Ahzami_Samiun_Jazuli(Al%20Quran%20Berbicara%20tentang%20Ruh).mp3
http://kajiankantor.com/?p=540